Minggu, 20 Juli 2014

Di 2035, Mobil Tak Lagi Punya Setir, Pedal Gas dan Rem

Liputan6.com, California - Seiring dengan realisasi mobil tanpa sopir (self-driving), para konsumen pun dibuat berpikir apakah nantinya sejumlah komponen vital yang umumnya ada di mobil akan lenyap di masa mendatang. Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE), sejumlah komponen kontrol manual seperti setir dan pedal yang berfungsi untuk mengatur kecepatan akan lenyap pada 20 tahun ke depan. Demikian dilansir dari Carbuzz, Jumat (18/7/2014). Survei yang melibatkan 200 responden ini mengungkap, komponen yang hilang pada 16 tahun ke depan akan meliputi kaca spion, klakson dan rem tangan. Sementara, nantinya di 2035, setir serta pedal rem dan gas juga akan hilang. Lebih jauh, survei juga menyimpulkan lebih dari 75 persen responden percaya jika 50 negara bagian di Amerika Serikat (AS) akan turut mengimplementasikan mobil autonomous. Sebelum mobil berteknologi self-driving memperoleh lampu hijau, sejumlah negara juga dikatakan telah menyiapkan regulasi atas teknologi tersebut. Adapun, sejumlah perusahaan seperti Nissan, Toyota dan Daimler terus melakukan pengembangan teknologi self-driving ke dalam kendaraan masa depan mereka. Dipercaya, teknologi ini akan mendatangkan sejumlah keuntungan, termasuk meminimalisir angka kecelakaan akibat human error. Di masa depan, bukan tak mungkin teknologi pintar ini turut merubah total arah industri otomotif. Maklum saja, raksasa teknologi seperti Google pun turut ambil bagian dalam pengembangan mobil pintar yang berteknologi self-driving. (Destyan) - See more at: http://otomotif.liputan6.com/read/2079870/di-2035-mobil-tak-lagi-punya-setir-pedal-gas-dan-rem#sthash.bOys7fOn.dpuf

Rabu, 02 Maret 2011

Deteksi Penyakit Lewat Jari



BeritaUnik.net – Apakah pernah memerhatikan ukuran lima jari tangan Anda? Perbandingan ukuran panjang jari manis dan telunjuk dapat menjadi media untuk mendeteksi risiko penyakit. Mulai dari demam, nyeri sendi, hingga jantung dan kanker.

Ahli biologi University of Swansea, Profesor John Manning, mengatakan, perbedaan panjang jari manis dan telunjuk berhubungan dengan kadar hormon dalam tubuh, yang memengaruhi risiko penyakit.

Berdasar analisisnya, panjang jari tangan ditentukan sejak di dalam rahim. Hormon seks pria atau testosteron, mendorong pertumbuhan jari manis, dan hormon wanita atau estrogen mendorong pertumbuhan jari telunjuk.

“Saat usia kandungan 8-12 minggu, tingkat hormon-hormon seks ini memiliki dampak besar pada perkembangan otak, jantung dan organ lain,” kata Profesor Manning, yang menuliskan hasil studinya dalam sebuah buku berjudul ‘The Finger Ratio’.

Berikut analisis Profesor Manning terhadap tingkat risiko kesehatan berdasar perbandingan telunjuk dan jari manis, seperti dikutip dari Daily Mail:

Flu
Berdasar penelitian yang melibatkan 200 mahasiswa di University of Liverpool, mereka yang memiliki jari manis lebih panjang lebih rentan menderita flu dan penyakit umum lainnya, dibandingkan mereka dengan jari telunjuk lebih panjang.

Kanker prostat
Hasil studi British Journal of Cancer memperlihatkan bahwa pria dengan ukuran jari manis lebih panjang dari telunjuk memiliki risiko lebih tinggi mengidap kanker prostat. Mayoritas pria memang memiliki ukuran jari manis panjang, tapi tak ada salahnya menjadikan hasil studi ini sebagai alarm kewaspadaan.

Gangguan jantung
Risiko gangguan jantung juga bisa terdeteksi lewat perbandingan ukuran kedua jari itu. Berdasar sebuah studi pada 2001, pria dengan ukuran telunjuk lebih pendek daripada jari manis memiliki risiko lebih rendah terserang penyakit jantung.

Osteoarthritis
Berdasar penelitian Nottingham University, mereka yang memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk, dua kali lebih mungkin terserang radang sendi lutut. Penelitian ini mengukur jari tangan 2.000 orang. “Hasil ini telah direplikasi dalam studi lain dengan skala besar di Amerika,” kata Profesor Manning.

Anorexia
“Ada beberapa bukti bahwa penderita anoreksia cenderung memiliki jari manis yang sangat panjang,” kata Profesor Manning.

Autisme
Ada beberapa bukti bahwa jari manis yang lebih panjang dihubungkan dengan peningkatan risiko memiliki ADHD atau menjadi autis. Tiga penelitian telah menunjukkan kondisi ini untuk autis dan empat studi telah menunjukkan ini untuk ADHD.

Pecandu alkohol
“Kabar buruknya adalah bahwa orang dengan jari manis lebih panjang lebih cenderung minum alkohol,” kata Profesor Manning. “Tapi, jangan khawatir, penelitian terbaru di Swansea University menemukan jari manis panjang cenderung tidak tertarik untuk merokok.”

Kesuburan
Pada 2002, Profesor Manning, peneliti yang fokus melakukan studi tentang jari meluncurkan buku yang mengungkap bahwa pria dengan jari manis panjang memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi dibandingkan pria dengan jari manis lebih pendek.